Jumat, 29 Mei 2009

Kaidah Cinta Islami

Diambil dari Buletin Jumat Insan Mulia edisi 13 Februari 2009


Pada hakekatnya semua manusia ingin dicintai oleh orang lain. Apalagi cinta oleh Allah SWT. Karena cinta-Nya begitu tulus dan tiada terbatas. Kadang hanya manusialah yang tidak bisa menempatkan cinta Allah sebagai cinta terindah padahal cinta yang sejati hanya milik Allah SWT. Manusia lebih cenderung cinta padahal yang belum pantas untuk dicintai. Banyak definisi tentang cinta, anatara lain cinta adalah pengorbanan, cinta adalah kesetiaan dll. Definisi cinta banyak artinya hampir semua penulis, filosof, dan ulama punya definisi cinta menurut pemikiran mereka.

Bahkan seorang Khalil Gibran penyair asal Libanon mengatakan, cinta adalah bunga yang selalu mekar dalam segala musim. Namun ada seorang ulama dan penyair yaitu Imam Ibnu Khoil mengatakan cinta itu tidak dapat didefinisikan tapi hakekatnya dapat dirasakan. Akan tetapi kebanyakan cinta lebih cenderung untuk diungkapkan makna dan artinya.

Dalam Islam pun ada cinta, karena Islam menebar kasih sayang dan kedamaian dalam cinta pada sesama. Hal ini terbukti di Al Quran pun juga membicarakan cinta. Dan cintapun dapat dirasakan dengan menangkap keindahan cinta lewat Al Quran dan Sunnah Rasul. Hal yang bisa melanggengkan cinta adalah taqwa, hingga kelak sampai di surga. Cinta yang tidak didasari taqwa akan tetap di hisab kelak. Karena cinta tersebut lebih condong untuk hal-hal yang menimbulkan maksiat dan syahwat. Syahwat adalah sesuatu yang melanggar dari syariah Islam. Dan jadikanlah cinta itu sebagai amanah, yang selama cinta diorientasikan untuk ibadah dengan dibingkai taqwa. Maka marilah berlomba-lomba untuk meraih cinta Allah SWT, supaya mendapatkan cinta yang mampu membimbing kita untuk lebih dekat dengan-Nya. Amin..

MANAJEMEN WAKTU

MANAJEMEN WAKTU

Definisi Manajemen : Suatu proses merancang dan memelihara suatu lingkungan dimana orang-orang yang bekerja sama di dalam suatu kelompok dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan seefisien mungkin (H. Weihrich & H. Koontz).





Fungsi Manajemen dan landasan Syari’ah :

1. Planning (QS. Al Hasyr :18)

2. Organizing (Ucapan Ali ra.)

3. Actuating (QS At-Taubah :105)

4. Controlling (Hadits Rasullulah)

Urgensi Waktu

Waktu adalah sesuatu yang amat penting bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan ini, setelah mengenal tiga dimensi, manusia mengenal dimensi waktu, yaitu suatu dimensi yang mengikat kehidupan setiap makhluk kemanapun dia beraktifitas.

Sayangnya, tidak semua manusia menyadari keberadaannya dalam waktu. Banyak yang merasa bebas dengan waktu dan akhirnya menyia-nyiakan, bahkan mengisinya dengan aktifitas yang menghancurkan serta membinasakan dirinya. Padahal dalam QS Al Anbiya: 35 manusia diingatkan akan mati. Juga QS Al A’raf ;34 manusia diingatkan akan batas waktu. (Lihat QS 4 :77) Termasuk hadits “ Dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu olehnya, yaitu sehat dan waktu luang (Riwayat Bukhori)

Karakteristik Waktu

1. Cepat berlalunya QS 79 :46 “Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal di dunia melainkan hanya sebentar saja di waktu sore atau pagi hari”.

2. Waktu yang telah berlalu tidak dapat kembali dan tidak dapat diganti.

3. Waktu adalah sesuatu yang termahal yang dimiliki manusia, Ustad Hasan Al Banna mengatakan “Waktu adalah kehidupan”.

Kewajiban Muslim Terhadap Waktu

1. Menjaga manfaat waktu, Umar bin Abdul Aziz mengatakan sesungguhnya siang itu berbuat atas dirimu maka beramallah pada keduanya. Ulama mengatakan “Waktu adalah pedang, bila kamu tidak memakainya dengan baik dan benar ia akan memotong dirimu”. Ada juga yang mengatakan “Barang siapa yang hari ini seperti hari kemarin, ia adalah orang yang tertipu dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin is adalah orang yang tercela”.

2. Tidak menyia-nyiakan waktu

3. Mengisi kekosongan. Kekosongan atau waktu luang adalah saat sunyi dari kesibukan dunia yang menghambat seseorang untuk melaksanakan urusan akhiratnya. Dalam sebuah hadits, disebutkan “Pergunakan waktu luangmu sebelum waktu kerjamu”. Seorang ulama berpendapat “Kekosongan bagi laku-laki adalah kelalian sedangkan bagi wanita adalah timbulnya syahwat”.

4. Berlomba-lomba dalam kebaikan. QS 83 :26 “Dan untuk yang demikian itu hendaknya mereka berlomba-lomba.

5. Belajar dari perjalanan hari demi hari QS 3 :190 “Sesungguhnya dalam menciptakan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal”.

6. Mengatur waktu. Seorang mukmin harus dapat mengatur dan membagi waktunya untuk kewajiban dan pekerjaan yang beragam, sehingga tidak terjadi saling tindih antara yang penting dan tidak penting, antara yang telah tertentu waktunya dengan yang belum ditentukan. Termasuk untuk isitrahat seperti Ali bin Abi Thalib pernah menasehatkan “Berilah hatimu waktu sekadar untuk istirahat, karena hati itu kalau dipaksakan menjadi buta”. Sabda Rasullulah SAW “Sesungguhnya agama itu mudah, agama sekali-kali tidak akan membbani seseorang kecuali ia mampu mengerjakannya, maka kerjakanlah dengan baik sedapat kamu kerjakan dan beribadahlah sekadarnya yang dapat mendekatkanmu kepada Allah serta bergembiralah dengan pahala atas pekerjaan yang berkelanjutan walau sedikit”. (Riwayat Bukhori dan Nasa’i)

7. Bagi tiap-tiap waktu ada aktifitas tertentu. Abu Bakar Ra. Berwasiat kepada Umar bin Khattab “Ketahuilah! Bagi Allah perbuatan di siang hari, Dia tidak akan menerimanya di malam hari. Dan bagi-Nya perbuatan di malam hari, Dia tidak akan menerimanya di siang hari”. Ada empat waktu bagi seorang hamba yang harus diperhatikan :

Waktu kenikmatan

Waktu kesengseraan

Waktu ketaatan

Waktu Kemaksiatan

8. Memilih waktu-waktu yang istimewa. Rasul menginformasikan “Sesungguhnya pada waktumu ada pemberian-pemberian dari Rab-mu, maka berusahalah untuk mendapatkannya “ (Riwayat Thabrani) Hadits lain “Sedekat-dekat Allah dengan hamba-Nya adalah di waktu akhir malam, maka apabila kamu dapat menjadi orang yang selalu berdzikir kepada-Nya saat tersebut, maka kerjakanlah”. (Riwayat Thabrani).

Artikel By. Sahabat : Bekti Abu Hanifah



Kamis, 30 April 2009

Penceghan dan Penanggulangan Resiko Kebakaran


Pencegahan dan Penanggulangan Resiko Kebakaran

Walaupun musim hujan berpotensi banjir tengah melanda Indonesia, namun bukan berarti bahaya kebakaran tidak mengancam. Beberapa kejadian kebakaran di Jakarta cukup menyita perhatian masyarakat dan memakan korban yang tidak sedikit. Peristiwa yang paling mengemuka terjadi pada hari Minggu, 18 Januari 2009. Terjadi kebakaran di kilang minyak no. 24 depo Pertamina Plumpang - Jakarta Utara. Untuk menghindari kejadian seperti itu terulang, salah satunya pertu suatu manajemen proyek yang benar ketika proses konstruksi berlangsung.

Seperti yang dipaparkan prof. Ir. Khrisna Mochtar., Ph.D dalam suatu kesempatan bahwa resiko kebakaran pada konstruksi yang sedang dibangun maupun yang telah digunakan merupakan resiko yang dihadapi oleh pemilik, pekerja dan pengguna konstruksi tersebut, tidak terkecuali di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir data frekuensi dan kerugian (baik harta dan jiwa) dari kebakara konstruksi di Indonesia terus meningkat, sehingga perlu dicari jalan pencegahan dan penanggulangan yang komprehensif, sehingga dapat menekan resiko kebakaran secara signifikan. Manajemen poyek dan konstruksi sebagai sistem pengelolaan konstruksi yang integratif dan komprehensif sejak dari tercetusnya ide pembangunan suatu konstruksi, perencanaan, studi kelayakan dan dampak lingkungan, perancangan, pelelangan, konstruksi, testing dan commissioning, terus sampai kepada pencegahan dan penanggulangan resiko kebakaran.

Fase Pencetusan Ide Dari Pemilik

Pemilik konstruksi adalah pihak yang pertama kali mencetuskan ide akan dibangunnya suatu konstruksi sesuai dengan keperluannya, seperti untuk dimanfaatkan sendiri, untuk bisnis atau untuk kepentingan masyarakat. Umumnya ide kebutuhan ini dipelajari lebih lanjut baik oleh pemilik sendiri, atau dengan jasa konsultan. Adalah sangat penting sejak dari pencetusan ide tidak hanya memperhatikan aspek ekonomi saja tetapi sebaiknya juga memperhatikan aspek resiko kebakaran yang mungkin terjadi pada konstruksi yang digagas, sehingga jika suatu ide ternyata mengandung resiko kebakaran yang cukup membahayakan maka perlu dipikirkan alternatif lain baik dari jenis, peruntukkan, maupun lokasi konstruksi.

Fase Perencanaan dan Studi Kelayakan

Setelah secara pendalaman awal tersebut terindikasi bahwa ide tersebut boleh direalisir, maka umumnya diadakanlah suatu perencanaan (planning) dan studi kelayakan proyek secara lebih mendalam dan komprehensif, termasuk studi dampak lingkungan yang di Indonesia sudah menjadi kewajiban untuk proyek yang cukup signifikan. Umumnya perencanaan dan studi lebih menekankan kepada masalah ekonomi saja. Padahal analisis dari segi resiko kebakaran baik dalam masa konstruksi maupun pemanfaatan harus juga menjadi prioritas.

Fase Perancangan

Fase berikutnya adalah perancangan (desain) yang umumnya dikerjakan ahli perancangan konstruksi. Perlu ditekankan disiniaspek resiko kebakaran merupakan suatu hal yang harus diperhatikan dalam proses perancangan. Misalnya dari segi arsitektur masalah kemudahan dan kecepatan evakuasi jika terjadi kebakaran merupakan hal yang sama pentingnya dengan estetika dan fungsi bangunan dan ruang konstruksi. Demikian pula bahan finishing konstruksi yang lebih tidak (mudah) terbakar, adalah lebih penting dari pada bahan yang sangat indah dan fungsional tetapi sangat mudah terbakar.

Demikian pula perancangan beton dan baja yang lebih lama tahan terhadap panas api sehingga cukup waktu untuk evakuasi pengguna konstruksi ke tempat aman adalah hal yang sama pentingnya dengan analisi kekuatan (strength) dan kemampuannya (serviceability, lendutan, getaran dll) terhadap beban hidup, angin dan gempa.

Khusus untuk konstruksi yang “critical” sepeti Data Center, perlu dikaji secara mendalam, karena hilangnya data akan sangat fatal bagi pemilik data tersebut, bahkan menurut data National Fire Protection Association (NFPA) di AS, ada 125.000 kebakaran di gedung bukan perumahan pada tahun 2001 dengan kerugian mencapai 3.231 milyar dollar. Bahkan 43% dari bisnis yang tutup akibat kebakaran tidak mampu untuk buak kembali dan 29% yang buka kembali gagal dalam waktu 3 tahun, terutama akibat hilangnya data bisnis yang sangat berharga akibat kebakaran tersebut (Avelar, 2003).

Tidak kalah pentingnya adalah perancangan khusus kepada masyarakat yang mempunyai problem mobilitas pada saat kebakaran, seperti lanjut usia, cacat fisik, tuna netra, tuna rungu dan lain-lain. Untuk sebelum terjadinya kebakaran perlu dirancang dengan konsep mengenai jalan tersingkat evakuasi, memasang deketor asap tempat khusus dekat dengan pintu darurat bagi mereka. Juga peralatan khusus seperti komponen asesori listrik yang lebih aman terhadap kebakaran dan didesain khusus untuk kelompok masyarakat tersebut. (US Fire Administration, 1999).

Dari uraian diatas jelas peran manajemen proyek dan konstruksi, yaitu dalam proses perancangan konstruksi yang berorientasi kepada resiko kebakaran dalam segala keadaan dari konstruksi yang sedang dirancang, sehingga dapat meminimalkan resiko kebakaran. Peran ahli manajemen proyek dan konstruksi disini adalah memberi masukan kepada perancang konstruksi, dari segala aspek, termasuk bahaya kebakaran disamping aspek arsitektur, dan rekayasa (engineering) lainnya.

Fase Konstruksi

Kurang tepat apabila rancangan konstruksi yang sudah meminimalkan resiko kebakaran, tetapi kebakaran timbul dalam fase konstruksi akibat pengelolaan lapangan konstruksi yang tidak baik dan tidak berorientasi pada resiko kebakaran.

Manajemen keselamatan proyek (project safety) seringkali diletakkan pada prioritas lebih dibawah, dan secara struktur organisasi, sering tidak ada unit yang menangani keselamatan proyek, termasuk didalamnya dari resiko kebakaran. Bagaimana pengaruh kecelakaan termasuk kebakaran pada proyek terhadap biaya (direct cost and hidden cost) yang sangat tinggi sudahlah cukup jelas. Oleh sebab itu benefit ekonomis dari kesehatan proyek seperti penghematan biaya, motivasi SDM proyek yang tinggi, dan premi asuransi yang rendah adalah konsekuensi logisnya (Clough, 1986). Sebagai ikutannya adalah keharusan untuk membuat suatu perencanaan matang dalam hal keselamatan proyek, mencakup optimasi peran manajemen (termasuk tempat yang aman, alat yang aman, menjalankan aturan, mengadakan aturan keselamatan kerja) dan program keselamatan dalam proyek (program pelatihan, personel yang kompeten, pertemuan rutin keselamatan kerja, lomba keselamatan kerja antar proyek, peralatan, tanda-tanda dan inspeksi).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pencegahan kebakaran selama konstruksi. Pertama adalah “exposure”. Yaitu identifikasi resiko sumber resiko kebakaran dari bangunan sekitar proyek dengan menjaga jarak aman. Kedua adalah akses mobil pemadam kebakaran ke proyek harus tetap bebas hambatan. Ketiga adalah bahan mudah meledak dan terbakar yang ada dalam proyek, seperti arson, bensin/solar, gas, kayu, kabel dan alat listrik perlu ditempatkan khusus dan cermat untuk mengurangi resiko kebakaran. Akhirnya alat peringatan dan pemadam kebakaran darurat seperti alarm, tabung kebakaran, hydran dll perlu disediakan untuk penanggulangan jika terjadi kebakaran di proyek konstruksi (Federated Insurance, 2005; HSE 2005)

Asuransi kebakaran dan kecelakaan untuk proyek konstruksi juga merupakan suatu cara yang efektif dan efisien untuk menanggulangi kerugian kebakaran bagi pemilik proyek serta pula bagi semua pihak yang ada di proyek konstruksi seperti pekerja, manajemen, dan semua pihak yang secara legal berada pada proyek konstruksi. Oleh sebab itu,asuransi kebakaran umumnya diwajibkan dalam konstruksi, sehingga mengurangi dan menanggulangi kerugian bagi pemilik proyek dan melindungi semua pihak dari kerugian materiil (CWC brochure, n.d.)

Demikian pula semua pekerjaan konstruksi haruslah berorientasi kepada keamanan kebakaran konstruksi dalam pemanfaatannya kelak. Instalasi kabel listrik, lampu, hydrant, sprinkler harus sesuai denga peraturan dan ditest oleh instalasi berwenang untuk mendapatkan sertifikasi sesuai dengan aturan, selain hanya menekankan seperti umumnya lebih kepada efisiensi biaya dan waktu.

Fase pemanfaatan konstruksi

Manajemen proyek pada fase ini lebih banyak dikenal sebagai manajemen properti, yaitu pengelolaan fasilitas konstruksi (properti), sehingga dapat lebih efektif, efisien, legal dan aman, termasuk dari resiko kebakaran.

Manajemen kontrak dengan pengguna properti yang berbasis pada resiko kebakaran juga sangat strategis. Pasal mengenai pelarangan, pengguna untuk menambah atau merubah sebagian dan bahan properti yang menambah resiko kebakaran berikut sangsinya dapat dibuat dan masukkan ke dalam kontrak sewa properti. Demikian pula pasal mengenai denda yang tinggi bagi mereka yang menyebabkan resiko kebakaran.

Salah satu yang penting pula adalah pemeliharaan konstruksi. Setelah direncankan, dirancang, dan dibangun dengan baik dan telah berorientasi terhadap minimalisasi resiko kebakaran adalah penting untuk memeliharanya sehingga semua peralatan dan fasilitas pencegahan dan penanggulangan resiko kebakaran dapat berfungsi optimal. Program sederhana seperti pengecekan rutin terhadap seluruh peralatan dari properti termasuk terhadap bahaya kebakaran sangat penting untuk pencegahan dan penanggulangan resiko kebakaran properti. Demikian pula menjaga rute evakuasi kebakaran seperti pintu dan tangga darurat yang tetap bersih dan terang, serta lampu darurat dan ventilasinya, adalah sangat penting.

Tidak kalah pentingnya latihan rutin dari pengguna properti untuk evakuasi dari gedung pada saat kebakaran dengan cepat dan tepat, sehingga jika benar-benar terjadi kebakaran mereka dapat menyelamatkan diri dengan optimal, dan korban fisik dan jiwa dapat diminimalkan.

Untuk mengurangi resiko kerugian dari kebakara, selain antisipatif seperti semua uraian diatas sejak dari perencanaan sampai konstruksi dan pemeliharaan properti, cara pengalihan resiko dengan cara asuransi baik terhadap properti, isinya, dan penghuni/penggunanya adalah cara penanggulangan minimalisasi kerugian jika akhirnya resiko kebakaran terjadi juga. (NCAPM, 1991).

Sumber : Majalah Konstruksi, Februari 2009

Selasa, 28 April 2009

8 ( Delapan ) Etos Kerja

8 ( Delapan ) Etos Kerja




1. Kerja itu Suci ; Kerja adalah Panggilanku, Aku harus Bekerja Benar.

2. Kerja itu Sehat ; Kerja adalah Aktualitas Diriku. Aku harus Bekerja Keras.

3. Kerja itu Amanah ; Kerja adalah Tanggung Jawabku. Aku harus Bekerja Tuntas.

4. Kerja itu Rahmat ; Kerja adalah Ucapan Syukurku. Aku harus Bekerja Tulus.

5. Kerja itu Ibadah ; Kerja adalah Panggilanku. Aku harus Bekerja Serius.

6. Kerja itu Seni ; Kerja adalah Kesayanganku. Aku harus Bekerja Kreatif.

7. Kerja itu Kehormatan ; Kerja adalah Kewajibanku. Aku harus Bekerja Unggul.

8. Kerja itu Mulia ; Kerja adalah Pelayananku. Aku harus Bekerja Sempurna.



Minggu, 29 Maret 2009

Aksen atau Penekanan

Prinsip Keindahan Dalam Interior
Aksen atau Penekanan
 
 Selain melalui kesatuan, keseimbangan, dan ritme yang kuat; keindahan dapat pula dirasakan melalui aksen atau penekanan. Aksen pada desain sering pula dikatakan sebagai sebuah unsur penyelesaian dalam desain.
 Sebuah desain tidaklah terasa selesai kalau di dalamnya tidak ada sebuah pengakhiran yang umumnya menggunakan aksen sebagai unsurnya. Untuk membayangkan maksud aksen sebagai “penyelesaian desain”, kita dapat membayangkan sebuah ruang interior yang sangat netral dengan dominasi warna monokromatis putih dihampir semua elemen interiornya, mulai dari lantai, dinding, langit-langit, bahkan sampai pada elemen furniture dan elemen estetisnya.
 Bagaimana rasanya? Tidakkah terasa monoton dan terasa begitu datar tanpa sebuah “pengakhiran”? nah, kalau kemudian kita coba masukkan elemen warna merah yang mencolok pada set sofa lengkap dengan bantal-bantalnya yang berwarna merah hati. Bagaimana nuansa ruang tersebut saat ini?
 Coba sekarang bayangkan mata kita menyapu pandang ke seluruh ruang. Dimanakah kira-kira arah pandangan mata kita berakhir? Pada sofa merah tadi bukan? Ya, inilah yang disebut sebagai aksen. Aksen warna merah disini menjadikan ruang terasa lebih bermakna, lebih “selesai” dengan sebuah ending bernuansa lebih hangat.
Aksen Memberi Nuansa Kuat
 Seperti contoh di atas, maka warna merah menjadi “penanda” dan focal point pandangan mata kita, atau pusat perhatian visual mata kita. Nuansa ruang monokromatis putih tadi tiba-tiba sekarang tidak lagi netral, namun jauh terasa menjadi hangat dengan hadirnya aksen warna merah sofa. Bagaimana jika warna set sofa kita ganti dengan turunan warna hijau daun serta bantal-bantal berwarna hijau apel dan kuning. Bisa Anda jelaskan sekarang, bagaimana nuansa ruang yang terbentuk dengan aksen tadi? Inilah salah satu fungsi utama dari aksen, sebagai penanda, pemberi makna yang kuat terhadap nuansa, tema, dan inspirasi sebuah ruang.
Kompisi Sebuah Aksen
 Mungkin kita akan bertanya, seberapa jauh aksen itu boleh muncul dalam sebuah ruang. Bolehkah aksen tersebut berulang? Atau bolehkah aksen itu tersiri lebih dari satu jenis? Atau, elemen interior apa saja yang sebaiknya dijadikan sebuah aksen?
 Kunci keberhasilan suatu keindahan yang tercipta melaui aksen adalah dengan memunculkan semacam sebuah kejutan atau penanda, sehingga terjadinya pengulangan terhadap sebuah aksen justru dapat melemahkan kekuatan makna yang tercipta karena ketunggalannya. Melihat sebuah aksen harus dilakukan sebagai kesatuan yang dapat terdiri dari beberapa jenis atau elemen, namun hal itu tetap terasa satu terutama bila ditunjang dari penempatannya yang tidak terpisah dengan lainnya.
 Sebuah ranjang putih dengan bantal berwarna merah dan coklat tua yang mencolok, diperkuat dengan sebuah dinding yang tepat berada di belakangnya berwarna berbeda dengan dinding yang lain. Bila ditambahkan dengan cahaya yang sinarnya jatuh di atas ranjang, akan tercipta sebuah aksen yang sangat kuat dan menarik dalam sebuah kesatuan ruang.
 Jika pertanyaannya, apakah semua elemen interior bisa menjadi aksen? Jawabannya tentu saja bisa, namun harus berada dalam sebuah komposisi dan kesatuan yang tepat. Bila terlalu kecil, aksen tersebut tidak bisa dijadikan sebagai “penanda”, sebaliknya bila terlalu besar dan muncul di beberapa tempat, malah menjadikannya dominan yang tidak lagi menjadi pusat perhatian yang menarik. Jadi, komposisi antara ukuran, jenis elemen, dan kesatuannya menjadikan sebuah aksen dapat menarik atau tidak.




Rabu, 04 Februari 2009

Total Quality Management

Total Quality Management

(TQM)

LATAR BELAKANG

Di era sekarang ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) semakin canggih dan terus mengglobal sehingga berdampak pada hampir semua kehidupan umat manusia di muka bumi dewasa ini. Semakin berkembangnya IPTEK tersebut manusia dituntut untuk semakin maju pula. Ada yang sekolah ke jenjang yang lebih tinggi sampai ke perguruan tinggi. Sebelum menapaki ke dunia perguruan tinggi, peserta didik pasti mempunyai cara atau kiat khusus untuk menggapai cita-citanya semisal ikut kursus, bimbingan belajar dan lain sebagainya. Setiap lembaga pendidikan khususnya bimbingan belajar pasti memiliki kualitas dan pelayanan sendiri-sendiri sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan, di mana hal itu menjadi ciri khas masing-masing lembaga tersebut.

Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan di bidang pendidikan nasional dewasa ini dan mendatang (Depdikbud; UU No.2 Tahun 1989).

Prioritas ini didasarkan pada kebijaksanaan sebelumnya yang lebih menekankan kepada perluasan dan kesempatan belajar sehingga mutunya sedikit terabaikan. Selain itu, temtunya tumtutan terhadap mutu pendidikan semakin kuat sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan di setiap sektor kehidupan di masa kini dan mendatang.

Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan kini sebenarnya telah, sedang dan akan terus dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan. Mulai dari peningkatan kualitas pendidikan pra sekolah, dasar, menengah sampai dengan perguruan timggi. Salah satu upaya yang ewasa ini sedang disosialisasikan dan dianggap tepat adalah melalui Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu (MMT). Esensi dari TQM adalah suatu filosofi dan menunjuk pada perubahan budaya dalam suatu organisasi (pendidikan), serta dapat menyentuh hati dan pikiran orang menuju mutu yang diidamkan.

Sekolah yang hendak mempertahankan eksitensinya dengan karakter diatas sangat dituntut untuk dapat melakukan transformasi perubahan manajemen yang cukup mendasar. Manajemen yang cukup relevan untuk organisasi dengan karakteristik tersebut adalah Manajemen Mutu Terpadu atau lebih dikenal dengan TQM. Hal ini sangat sesuai dengan jiwa dalam rancangan paradigma penataan sistem pendidikan yang ditujukan agar kinerja pendidikan di Indonesia mengacu pada peningkatan kualitas yang berkelanjutan (Dikti, 1996)

Tuntuntan yang ada menunjuk kepada suatu organisasi yang harus mampu menerapkan sistem manajemen, diarahkan pada peningkatan yang berkelanjutan tren kualitas yang tinggi dan kondisi ekonomi yang makin membaik.

Menurut Peters and Austin (1995) dalam A Passion for Exelence pernah menyatakan bahwa “quality is about passion and pride”. Kualitas adalah perasaan yang sangat besar dan kebanggaan. Kualitas menunjuk pada puncak dari kebanyakan agenda dan meningkatkan kualitas adalah tugas terpenting yang dihadapi berbagai institusi (lembaga pendidikan).

Kualitas dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan kebutuhan dan kemauan atau minat pelanggan. Kadang hal ini di sebut sebagai “persepsi kualitas”. Peter (1987) mendiskusikan peranan yang sangat penting dari pelanggan dalam kaitannya dengan kualitas dalam Thriving on Chaos, dan ia berargumentasi bahwa kualitas yang dirasakan oleh suatu produk bisnis atau pelayanan adalah hal yang paling penting yang mempengaruhi performa produk tersebut. Kualitas yang didefinisikan pelanggan lebih penting daripada harga, terutama dalam menentukan permintaan terbesar akan barang dan jasa.

Untuk mencapai hal tersebut di atas maka diperlukan pemahaman konsep TQM dalam pendidikan, dimana TQM atau MMT merupakan suatu filosofi peningkatan kualitas secara berkelanjutan dan dapat dijadikan alat praktis oleh lembaga pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan sekarang dan masa mendatang dalam bidang pendidikan.

Selain konsep juga diperlukan elemen pendukung untuk mencapai peningkatan kualitas pendidikan secara berkelanjutan diantaranya: (1) kepemimpinan, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) struktur pendukung, (4) komunikasi, (5) penghargaan, dan (6) pengukuran.


Konsep TQM dalam Pendidikan

TQM atau MMT merupakan suatu filosofi peningkatan kualitas secara berkelanjutan dan dapat dijadikan alat praktis oleh lembaga pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan sekarang dan masa mendatang dalam bidang pendidikan (Sallis, 1993: 34). Artimya, kualitas pendidikan difokuskan pada kepuasan pelanggan (internal dan eksternal). TQM juga merupakan aktivitas untuk melakukan segala sesuatu secara benar pada setiap saat. Hal ini didasarkan pada realita bahwa aktivitas tersebut lebih baik daripada memperbaiki kesalahan. Oleh karena itu, sangatlah tepat apabila tujuan utama TQM dalam pendidikan adalah peningkatan kualitas pendidikan secara terus-menerus.

Konsep TQM dalam pendidikan dapat diimplementasikan atau dilakasanakan dengan menggunakan model yang diadopsi dati Tenner & Detoro (1992: 32).

Berdasarkan model tersebut dapat dijelaskan beberapa hal yang terait di dalamnya diantaranya:

  1. Tujuan TQM, Tujuan utama TQM dalam pendidikan adalah meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan, terus-menerus, dan terpadu. Dimana tujuan TQM ini mengkhususkan pada bimbingan belajar
  2. Prinsip TQM, Pencapaian tujuan di atas dapat terwujud jika menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
  • pemfokusan pada pengguna atau pelanggan
  • peningkatan kualitas pada proses
  • melibatkan semua komponen pendidikan (bimbingan belajar)

3. Elemen Pendukung TQM,

  • Kepemimpinan, Seorang manajer bimbingan belajar harus mampu memimpin anak buahnya untuk mencapai tujuan lembaga tersebut. Ketika TQM digunakan sebagai kunci proses manajemen, peranan manajer adalah sebagai penasehat, pembimbing dan pemimpin tidak boleh terabaikan. Artinya, ia harus memahami tujuan, prinsip, dan elemen-elemen pendukung TQM dan mampu memanaj secara terus-menerus untuk mencapai kualitas pendidikan yang di harapkan.Pendidikan dan Pelatihan
  • Pendidikan dan Pelatihan, Elemen pendidikan dan pelatihan bagi semua sumber daya manusia yang ada seharusnya dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh mereka sesuai dengan peningkatan kualitas pendidikan di Bimbingan Belajar. Misalnya, keterampilan pegawai (tentor/tutor atau staff pengajar) dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas dan pemecahan masalah di lingkungan bimbingan belajar. Hal utama untuk mendukung pendidikan dan pelatiha ini antara lain: program, materi dan sumber daya yang memadai.
  • Struktur Pendukung, Struktur pendukung bisa berasal dari internal dan eksternal bimbingan belajar. Dukungan yang cukup/baik dapat membantu jaringan kerja dengan manajer kulaitas lain pada bagian lain di lembaga bimbingan belajar.
  • Komunikasi, Komunikasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam mengimplementasikan program kualitas. Semua pegawai harus menerima informasi kualitas yang jelas agar mereka sungguh-sungguh melaksanakan program peningkatan kualitas. Secara ideal, pimpinan harus bertemu secara personal dengan pegawai untuk mendesiminasikan informasi, memberikan arahan, dan merespon pertanyaan dari setiap orang. Pengalaman sukses dari seseoran dalam mengimplementasikan alat dan teknik TQM dapat meningkatkan kepuasan pelanggan pada semua bidang komunikasi kualitas.
  • Penghargaan, Penghargaan perlu diberikan kepada tim maupun individu yang sukses dalam mengaplikasikan proses peningkatan kualitas. Hal ini dapat memacu mereka untuk lebih terdorong lagi mencapai kesuksesan, dan ini sangat berarti bagi organisasi atau lembaga bimbingan belajar. Kegagalan lembaga memberikan penghargaan kepada mereka yang sukses dapat mengancam kesuksesan lembaga dalam meningkatkan kualitas lembaga secara total.
  • Pengukuran, Keberhasilan program perlu diukur. Ukuran yang digunakan tidak lain adalah kepuasan pelanggan di luar lembaga. Data-datanya perlu dikumpulkan secara sistematis. Data yang terkumpul perlu diolah untuk melihat kepuasan mereka sekaligus untuk menemukan berbagai persoalan yang timbul sekaligus sebagai dasar untuk perbaikan terus-menerus melalui program TQM.

Pendidikan dan Pelanggannya

Pelanggan adalah mereka-mereka yang membayar untuk pendidikan. Pelanggan dapat dibedakan menjadi pelanggan primer (mereka yang langsung menerima jasa pendidikan) dan pelanggan sekunder (mereka yang mendukung/menunjang pendidikan)

Cara-cara untuk menarik pelanggan antara lain:

  1. menyebar pamflet atau brosur untuk menarik konsumen/pelanggan

  2. memberikan pelayanan yang memadai

  3. menciptakan suasana kekeluargaan dalam bimbingan belajar


DAFTAR PUSTAKA

Supriyanto, Achmad. 1999. Total Quality Management (TQM) di Bidang Pendidikan. Malang: FIP IKIP Malang

Tjiptono, Fandy & Diana, Anastasia. 2001. Total Quality Management. Yogyakarta:

Sumber : Pernik Magazine

MANAJEMEN PROYEK

MANAJEMEN PROYEK

APAKAH MANAJEMEN PROYEK ITU?

Manajemen proyek berfokus pada proyek. Sebuah proyek kerja yang diawali dan diakhiri, dan dilakukan untuk mencapai tujuan dalam harga, jadwal, dan kualitas obyek. Manajemen proyek dilakukan bersama dan mengoptimalkan sumber yang dibutuh kan untuk menyelesaikan proyek. Sumber-sumbernya termasuk kemampuan, bakat, dan usaha kerjasama dalam sekelompok orang, fasilitas, peralatan, dan perlengkapan informasi, sistem dan teknik, dan uang.

BAGAIMANA MANAJEMEN PROYEK BERKEMBANG?

Konsep manajemen proyek seperti disiplin yang dikembangkan untuk mengatur program amerika pada awal tahun 1960an. Prakteknya telah berkembang secara cepat dalam pemerintahan, militer dan industri. Sekarang, anda akan menemukan prinsip ini digunakan dengan nama seperti program manajemen, produk manajemen, dan manajemen konstruksi.

APAKAH PERBEDAAN MANAJEMEN PROYEK DENGAN PRINSIP MANAJEMEN LAINNYA?

Manajemen proyek berbeda dalam dua cara yang signifikan. Pertama, berfokus pada sebuah proyek dengan perkembangan yang pasti, dimana departemen atau unit oranisasi lainnya berharap bisa berada tanpa terjabarkan. Kedua, proyek sering membutuhkan sumber berbasis paruh waktu, dimana organisasi permanen mengarah pada konflik dan membutuhkan negosiasi yang baik untuk melihat apakah proyek bisa mendapatkan sumber yang dibutuhkan untuk meraih tujuan melalui proyek.


SIKLUS PROYEK

Setiap proyek bergerak melalui siklus hidup yang bisa diprediksi dalam 4 fase dimana setiap fase disebut kemampuan yang berbeda dariproyek manager. Fase siklus hidup proyek adalah:

  • Membuat konsep dan menjelaskan proyek

  • Merencanakan proyek

  • Mewujudkan rencana

  • Menyelesaikan dan mengevaluasi proyek


PARAMETER PROYEK

Selama proyek terjadi, manajemen berfkus pada 3 dasar parameter: kualitas, waktu dan harga. Sebuah proyek yang diatur dengan baik salah satunya adalah selesai pada level kualitas tertentu, sebelum tenggang waktu, dan sesuai dengan anggaran.

Setiap parameter dispesifikasikan secara rinci selama rencana fase proyek. Spesifikasi ini kemudian membentuk kontrol dasar selama fase perwujudan.

Parameter proyek

  • Kualitas

  • Harga

  • Waktu

  • Spesifikasi

  • Anggaran

  • Jadwal


SPESIFIKASI NEGOSIASI DENGAN KLIEN

Jika melibatkan klien yang harus menerima proyek yang sudah selesai, spesifikasi yang menjelaskan penghasilan harus dinegosiasikan dan disetujui oleh klien, termasuk bagian kontrak.

Seorang klien ada yang internal dan eksternal. Juga, akan ada lebih dari satu klien, khususnya jika proyek adalah proyek internal perusahaan. Contohnya, studi kasus pada buku ini adalah proyek bangunan untuk ruangan lebih sebuah perusahaan. Dalam hal ini klien bisa jadi adalah departemen yang ingin menggunakan ruang tersebut, dan manajemen, yang harus setuju dengan spesifikasi jadwal dan anggaran.

Dalamproyek ini, spesifikasi bisa berubah. Manager proyek bertanggung jawab untuk meyakinkan klien – external atau internal – setuju pada spesifikasi yang sudah direvisi. Jika ada kontrak tertulis, butuh direvisi dan ditandatangani oleh semua pihak yang terlibat, maka jika inspeksi akhir dilakuakn, tim proyek dan klien setuju pada parameter yang diterima.


NILAILAH DIRI ANDA SEBAGAI MANAGER PROYEK

Nilailah diri anda pada tiap kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proyek. Tandai dengan tanda cek di bagian depan di setiap kemampuan yang bisa anda miliki. Jika sudah selesai, yang tidak ditandai perlu dikembangkan.


KEMAMPUAN MANAJEMEN PROYEK SAYA

  • mengorganisasi proyek dari awal hingga akhir

  • membuat struktur rencana yang akan dilakukan di bawah tekanan

  • mendapat rang yang setuju dengan rencana saya dan mendukung mereka

  • menyeting obyek proyek yang bisa diukur

  • memotivasi anggota tim

  • membantu anggota tim menyelesaikan masalah

  • menggunakan sumner yang da

  • menghapus uang dan waktu yang sia-sia

  • mengukur hasil akhir proyek

  • menggunakan sistem informasi yang merespon kebutuhan proyek


Sumber : Pernik Magazine / buku manajemen proyek

Minggu, 01 Februari 2009

Dampak Krisis Ekonomi Global

Kita semua tentu sudah tahu bahwa saat ini negara super power amerika sedang dalam masalah / krisis keuangan. Menurut kompas penyebab dari krisis ekonomi AS adalah penumpukan hutang nasional yang mencapai 8.98 triliun USD, pengurangan pajak korporasi, pembengkakan biaya perang irak dan afghanistan, dan yang paling krusial adalah Subprime Mortgage: Kerugian surat berharga property sehingga membangkrutkan Lehman Brothers, Merryl Lynch, Goldman Sachs, Northern Rock,UBS, Mitsubishi UF.

Surat kabar di Eropa menyoroti krisis ekonomi di Amerika Serikat yang dampaknya juga mulai terasa di Eropa.

Mengenai krisis konjunktur di Amerika Serikat dan akibatnya bagi pertumbuhan ekonomi global,

Harian dari Italia La Republica yang terbit di Roma dalam tajuknya berkomentar :

“Saat ini Amerika Serikat dilanda resesi yang sangat serius dan menyakitkan. Kini pertanyaanya adalah: Seburuk apa fase konjunktur ini, dan apakah akan dapat meruntuhkan ekonomi Amerika Serikat secara mendadak? Di Eropa, terutama Bank Sentral Eropa walaupun menyadari hal itu merupakan ilusi, masih tetap mengharapkan bahwa mereka masih dapat melindung kawasannya atau menepis dampak dari krisis berat ekonomi di Amerika Serikat. Namun, di tahun 2008 ini Eropa tidak akan lagi mampu menahan dampak krisis ekonomi dari Amerika Serikat dan akan ikut tergilas.”

Dari Perancis Harian Dernieres Nouvelles d`Alsace yang terbit di Strassburg juga mengomentari dengan tajam krisis ekonomi dunia tsb:

“Di Jerman serikat buruh menuntut kenaikan gaji sampai 8 persen untuk mengimbangi daya beli yang terus menurun. Juga di Perancis menurunnya daya beli menjadi topik bahasan. Namun dalam kenyataannya penurunan daya beli ini adalah masalah seluruh Eropa. Di mana-mana pertumbuhan ekonomi harus dikoreksi ke bawah. Bank Sentral Eropa mengecam tuntutan serikat buruh- khususnya dengan menyoroti Jerman sebagai penggerak ekonomi Eropa. Ekonomi global mengalami perubahan drastis. Krisis kredit di Amerika Serikat menunjukkan betapa rentannya globalisasi moneter. Para aktor baru ekonomi juga muncul di luar rencana. Seperti halnya dana simpanan jangka panjang dari negara-negara penghasil minyak bumi, yang merupakan investasi jangka panjang. Yang berbeda dari dana pensiun, yang hanya tertarik pada keuntungan jangka pendek. Perubahan drastis dalam sirkulasi keuangan tidak dapat diabaikan lagi.”

Sedangkan Harian yang beredar di Jerman Der Tagesspiegel yang terbit di Berlin berkomentar :

“Juga jika tidak seluruh ketakutan menjadi kenyataan, sekarang terlihat betapa buruknya persiapan Jerman menghadapi penurunan konjunktur. Tahun lalu kas negara hanya mendapat pemasukan 70 juta Euro, walaupun pendapatan dari sektor pajak meningkat milyaran Euro. Negara tidak mampu lagi mengembalikan kemampuannya untuk bertindak. Politik secara keseluruhan, gagal mengambil manfaat dari laju konjunktur. Asuransi kesehatan, yayasan dana pensiunan dan pasaran kerja tidak lagi kebal dari krisis. Tema ini harus dibicarakan dalam kampanye.”

Dan yang terakhir harian liberal Denmark Information yang terbit di Kopenhagen mengomentari dampak resesi pada kampanye pemilu presiden di AS :

“Ancaman resesi ekonomi di tahun pemilihan presiden, secara ajaib kelihatannya mempersatukan partai Republik dan partai Demokrat di Kongres serta presiden saat ini. Sakarang ini juga harus disuntikkan dana segar bagi sirkulasi ekonomi, dan lebih baik tentu saja jika langsung disalurkan kepada konsumen AS. Seandainya presiden AS merintangi proyek ini, peluang partai Republik untuk mempertahankan kekuasaannya di Gedung Putih akan semakin buruk. Sebab kandidat partai demokrat dapat melemparkan tanggungjawab bagi resesi serius tahun 2008 ini, kepada Bush dan partai Republiknya. Untuk sementara, kelihatannya krisis ekonomi tsb meningkatkan peluang partai Demokrat untuk memenangkan pemilu presiden dan meraih mayoritas di kedua kamar di Kongres.”

Lantas bagaimana dengan di Indonesia? krisis kuangan yang menimpa amerika jelas juga berdampak di Indonesia, seperti harga rupiah yang terus melemah, IHSG yang juga tidak sehat, ekspor diperkirakan juga menjadi terhambat karena perusahaan- perusahaan AS akan melakukan politik banting harga. Namun apakah krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997/98 akan terjadi lagi? Menurut Ekonom UGM Sri Adiningsih menilai sampai sejauh ini pemerintah Indonesia belum mempunyai langkah strategis untuk mengantisipasi dampak krisis financial AS, padahal jika krisis financial AS tidak segera teratasi maka dampaknya terhadap perekonomian Indonesia bisa lebih buruk dibanding krisis ekonomi tahun 1997/98.

Setidaknya kita berharap pasar asia masih bertahan dalam menghadapi krisis yang terjadi di AS, karena saat ini pemerintah hanya memiliki strategi untuk fokus kepada jalur distribusi ekspor, akan tetapi apabila pasar asia ikut hancur maka dipastikan Indonesia akan mengalami krisis ekonomi yang lebih parah dari tahun 1997/98

Sumber :
http://www.pinara.net/dampak-krisis-keuangan-as-terhadap-ekonomi-global.html
 
Copyright 2009 DIMENSI RUANG DAN WAKTU. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemesfree