About Chemistry
A friend of mine, sebut aja si Chacha, baru kenalan sama Dora (tanpa ‘emon’). Dalam waktu 5 menit, mereka berdua udah heboh disco ngobrolin macem-macem, mulai dari yang gak penting sampe yang gak mutu.
Di belahan bumi lain, ada lagi tokoh fiksi rekaan saya, sebut aja Umbrella. Si Ella ini cantik, molek, bohai, dan lagi baik hatinya. Suatu hari, temen-temennya mau ‘jodohin’ Ella sama seorang cowok gagah bak pangeran dalam dongeng bernama Frederico. Cowoknya bener-bener tipe idaman setiap mertua. Dia ganteng, tajir, sopan, suka minum vitamin, sayang binatang…tapi anehnya si Ella sama sekali gak ada feeling sama doi!
Kedua cerita di atas membawa kita pada satu hal yang berperan besar dalam pengalaman Chacha dan Ella: chemistry.
Chemistry, atau disingkat ‘chem’, biasa disebut-sebut sebagai ‘syarat utama’ seseorang dalam menemukan cinta sejati. Is it true? Probably. Menurut cerita orang-orang, katanya nih yaaa, jatuh cinta itu susah kalo tanpa chemistry. Waktu kita bersama seseorang, ada ‘sesuatu’ yang bikin kita merasa, “Gue nyambung banget sama orang ini.” Kalau chem itu ada, maka selanjutnya hubungan kita akan nyaman dengan orang tersebut. Sebaiknya, kalo kita gak merasa “klik”, maka hubungan kita akan biasa-biasa aja.
Masalahnya, chem ini gak selalu muncul. Dia cuma ada di saat kita berhubungan dengan orang-orang tertentu aja. Ditambah lagi, chem baru dibilang sah kalau rasa nyambung itu sama-sama dirasakan kedua belah pihak. Kalau cuma satu pihak aja, itu namanya ngarep, hehehe. Pokoknya, chemistry adalah sesuatu yang abstrak dan cuma bisa dirasain pake hati. Somehow, kita akan sadar ‘ada chemistry’ waktu kita ketemu orang baru yang langsung bikin kita merasa nyaman berada di dekatnya.
Chemistry yang kita rasakan terhadap seseorang, belum tentu dirasakan sama teman kita yang lain. Misalnya, waktu Chacha langsung akrab sama Dora, belum tentu teman Chacha yang lain bisa merasakan hal yang sama. Kata seorang teman, “Ada chemistry antara gue dan temen-temen gue, yang bikin kita bisa ngobrol terus berjam-jam sampe bibir item.”
Kadang-kadang terjadi salah kaprah tentang chemistry. Nggak jarang ada orang yang merasa punya chem kuat terhadap seseorang, dan menjadi sangat ‘nagih’ bersama dengan orang tersebut.
Pokoknya, cuma chem aja yang diandalkan dalam hubungannya, tanpa melihat aspek lain yang gak kalah penting. Biasanya seseorang yang menjalani hubungan hanya dengan mengandalkan ‘getar-getar cinta’ ini akan bosan setelah jalan 6 bulan hingga 3 tahun. Nah, kalo begitu apa yang kurang dari chemistry?
Ada sebuah elemen dalam chemistry yang tersembunyi, yaitu daya tarik batin. Ceileeh padahal gue gak tau tuh maksudnya. Kata salah satu artikel terpercaya, daya tarik batin ini merupakan tahap di mana kedua orang bertemu dan ‘connect’ lebih dalam.
Hal ini cuma bisa dirasakan oleh hati dan jiwa. It’s about friendship, respect, humor, dan perasaan hangat serta kepuasan yang datang saat keduanya sedang bersama-sama. Karena itulah chemistry gak cuma berlaku buat romantic relationship aja, tapi lebih ke general, hubungan lain yang lebih umum; dengan teman, keluarga, atau hubungan profesional sekalipun.
Pada dasarnya, kita punya chemistry terhadap orang-orang di sekitar kita saat ini, misalnya dengan teman-teman sepergaulan. Namun, gak usah heran kalau suatu saat kamu ketemu orang baru dan langsung merasa ‘klik’ sama dia. Ini cuma soal chemistry kalian yang lebih kuat dari orang lain.
Patut diingat, gak semua orang yang punya chemistry kuat lantas menjadi ‘true soulmate’ lho. Karena pertemuan kita dengan orang-orang yang ber-chemistry ini akan selalu terjadi dan terulang terus. Padahal, hanya ada satu yang menjadi pasangan kita nantinya. Jadi, jangan terlalu heboh dan ngarep dulu ya kalau merasa ada chemistry dengan lawan jenis yang baru dikenal! (berbagai sumber)
CP by. http://www.indomedia.com.au/innerpage.php?page=lifestyle&ArticleID=160
0 komentar:
Posting Komentar